Paraahli ilmu-ilmu sosial, khususnya Antropologi dan Sosiologi, yang perhatian utamanya adalah kebudayaan dan masyarakat manusia, telah mencoba untuk melihat agama dari perspektif masing-masing bidang ilmu dan pendekatan-pendekatan yang mereka gunakan, dalam upaya mereka untuk dapat memahami hakekat agama dalam kehidupan manusia dan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat jenis penguatan karakter seperti apa yang dapat membangun karakter siswa berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif di lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, diskusi kelompok FGD serta dokumentasi. Selain itu, data disajikan dengan menggunakan pendekatan deskriptif, dalam bentuk kata-kata, tulisan, untuk memperjelas data yang dikumpulkan dan dianalisis. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penguatan pendidikan karakter melalui pendidikan Agama Islam di SMP N 3 Bandar Lampung dibagi menjadi 3 bidang PPK berbasis kelas, PPK berbasis sekolah, PPK berbasis masyarakat itu bisa dikatakan baik dan tidak. PPK berbasis kelas sudah dilakukan dengan baik di SMP 3 Bandar Lampung karena setiap tahapan-tahapan telah dilakukan dengan baik. Tahapan-tahapan tersebut termasuk mengintegrasikan PPK ke dalam program, PPK melalui manajemen kelas, PPK melalui pilihan dan penggunaan metode pembelajaran tematik, PPK oleh gerakan literatur, PPK melalui bimbingan dan konsling. Dari kelima tahap implementasi ini, dapat dikatakan bahwa itu maksimal dan dilaksanakan dengan baik. Bidang berikutnya adalah budaya sekolah berdasarkan PPK. Dalam budaya sekolah, banyak nilai inti PPK yang diterapkan. PPK berdasarkan budaya sekolah dalam implementasinya berjalan dengan baik. Kondisi sosial-budaya di SMP N 3 Bandar Lampung sangat mudah diterapkan, untuk berbagai jenis nilai-nilai luhur, sehingga contoh-contoh pendidikan dapat dengan mudah diintegrasikan dengan siswa. PPK berbasis masyarakat dalam implementasinya di SMP N 3, Bandar Lampung belum bekerja sesuai dengan konsep PPK itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan ruang lingkup implementasinya. Namun, beberapa hal dapat diimplementasikan, termasuk hubungan sosial antara komite sekolah dan orang tua sebagai aktor kunci dalam pendidikan. Ada Kolaborasi yang masih terbatas, yaitu komunitas ulama dan guru ngaji. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa di antara tiga bidang PPK yang belum diimplementasikan dengan benar, adalah PPK berbasis masyarakat. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN 20869118 E-ISSN 2528-2476 83 PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 3 BANDAR LAMPUNG Siti Zulaikah Sitizulaikah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Indonesia Abstract The purpose of this study is to see what kind of character reinforcement can build student character based on Islamic values. This research uses descriptive qualitative research in the field by using observation, interview, group discussion FGD data collection techniques and documentation. In addition, data is presented using a descriptive approach, in the form of words, writing, to clarify the data collected and analyzed. The results of the study show that strengthening character education through Islamic education in SMP N 3 Bandar Lampung is divided into 3 fields class-based KDP, school-based KDP, community-based KDP can be said to be good and not. Class-based KDP has been done well at SMP 3 Bandar Lampung because each stage has been done well. These stages include integrating KDP into the program, KDP through classroom management, KDP through the choice and use of thematic learning methods, KDP by the literature movement, KDP through guidance and counseling. Of the five stages of implementation, it can be said that it is maximized and implemented well. The next field is school culture based on KDP. In school culture, many core KDP values are applied. KDP based on school culture in its implementation went well. The socio-cultural conditions in SMP N 3 Bandar Lampung are very easy to implement, for various types of noble values, so that examples of education can be easily integrated with students. Community-based KDP in its implementation in SMP N 3, Bandar Lampung has not worked in accordance with the KDP concept itself. This is due to the limited scope of its implementation. However, some things can be implemented, including social relations between school committees and parents as key actors in education. There is still limited collaboration, namely the ulama community and the teacher of the Koran. Therefore it can be concluded that among the three KDP fields that have not been properly implemented, it is community based KDP Key Words Character Education and Islamic Education Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat jenis penguatan karakter seperti apa yang dapat membangun karakter siswa berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif di lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, diskusi kelompok FGD serta dokumentasi. Selain itu, data disajikan dengan menggunakan pendekatan deskriptif, dalam bentuk kata-kata, tulisan, untuk memperjelas data yang dikumpulkan dan dianalisis. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penguatan pendidikan karakter melalui pendidikan Agama Islam di SMP N 3 Bandar Lampung dibagi menjadi 3 bidang PPK berbasis kelas, PPK berbasis sekolah, PPK berbasis masyarakat itu bisa dikatakan baik dan tidak. PPK berbasis kelas sudah dilakukan dengan baik di SMP 3 Bandar Lampung karena setiap tahapan-tahapan telah dilakukan dengan baik. Tahapan-tahapan tersebut termasuk mengintegrasikan PPK ke dalam program, PPK melalui manajemen kelas, PPK melalui pilihan dan penggunaan metode pembelajaran tematik, PPK oleh gerakan literatur, PPK melalui bimbingan dan konsling. Dari kelima tahap implementasi ini, dapat dikatakan bahwa itu maksimal dan dilaksanakan dengan baik. Bidang berikutnya adalah budaya sekolah berdasarkan PPK. Dalam budaya sekolah, banyak nilai inti PPK yang diterapkan. PPK berdasarkan budaya sekolah dalam implementasinya berjalan dengan baik. Kondisi sosial-budaya di SMP N 3 Bandar Lampung sangat mudah diterapkan, untuk berbagai jenis nilai-nilai Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN 20869118 E-ISSN 2528-2476 84 luhur, sehingga contoh-contoh pendidikan dapat dengan mudah diintegrasikan dengan siswa. PPK berbasis masyarakat dalam implementasinya di SMP N 3, Bandar Lampung belum bekerja sesuai dengan konsep PPK itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan ruang lingkup implementasinya. Namun, beberapa hal dapat diimplementasikan, termasuk hubungan sosial antara komite sekolah dan orang tua sebagai aktor kunci dalam pendidikan. Ada Kolaborasi yang masih terbatas, yaitu komunitas ulama dan guru ngaji. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa di antara tiga bidang PPK yang belum diimplementasikan dengan benar, adalah PPK berbasis masyarakat. Kata Kunci Penguatan Pendidikan Karakter dan Pendidikan Agama Islam PENDAHULUAN Saat ini Indonesia sedang dihadapkan pada permasalahan melemahnya karakter bangsa.Anwar and Salim 2018 Karakter mulia, kesopanan dan religiusitas yang dipertahankan dan menjadi budaya Indonesia selama ini terasa asing dan jarang ditemukan tengah-tengah masyarakat.Ainiyah 2013 Dalam perkembangannya, pembentukan karakter pada generasi penerus bangsa sudah diupayakan dengan berbagai bentuk dan usaha, namun hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal.Anam 2014 Karakter merupakan suatu ciri khas yang membedakan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Karakter adalah hal dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Pada masa sekarang, banyak kasus kemerosotan karakter yang terjadi di Indonesia. Salah saatunya adalah krisis dalam dunia pendidikan. Banyak peserta didik yang sering membolos, menjamurnya budaya menyontek, kasus tawuran antar pelajar, dan sebagainya. Hal tersebut dikarenakan kurangnya penanaman karakter sejak dini yang dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.Wahyu Suryanti and Dwi Widayanti 2018. Dunia pendidikan yang secara filosofis dipandang dan diharapkan sebagai alat atau wadah untuk mencerdaskan dan membentuk watak manusia agar lebih baik humanisasi, sudah mulai bergeser. Hal tersebut terjadi salah satunya disebabkan kurang siapnya dunia pendidikan untuk mengikuti perkembangan zaman yang begitu cepat. Padahal pendidikan seharusnya menjadi alternatif untuk mengatasi dan mencegah krisis karakter bangsa. Oleh sebab itu, diperlukan suatu cara agar pendidikan dapat memperlihatkan tajinya dalam peransertanya membenahi jatidiri bangsa. Saah satu cara yang dilaksanakan dalam beberapa tahun ini yaitu dengan pengembangan pendidikan karakter.Dahliyana 2017. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, telah memberlakukan pendidikan karakter di semua tingkat dunia pendidikan formal di Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN 20869118 E-ISSN 2528-2476 85 Indonesia. Pendidikan Karakter adalah upaya mendidik anak supaya mereka dapat membuat keputusan dan mempraktikan secara bijaksana dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat berkontribusi secara positif terhadap lingkungan mereka Yetri 2017 yangg mengarah pada pencapaian dalam pembentukan karakterr dan akhlak mulia siswa secara utuh, terintegrasi dan seimbang, sesuai dengan standarr kompetensi. Sekolah adalah salah satu tempat strategis dalam pembentukan karakter, selain keluarga dan masyarakat. Hal itulah yang mendasari perlu adanya program pendidikan karakter di sebuah sekolah, baik dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler sekolah. Karakter bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi nilai nilai karakter tersebut diintegrasikan dalam kurikulum, artinya menjadi penguat kurikulum yang sudah ada, yaitu dengan mengimplementasikan kurikulum yang sudah ada, yaitu dengan mengimplementasikannya dalam mata pelajaran dan dalam kegiatan sehari-hari peserta didik.Taqiudin Zarkasi 2018. Oleh sebab itu, perlu penanaman pendidikan karakter untuk setiap sekolah dengan berbagai kegiatan yang bisa menunjang penanaman karakter yang baik Hamid 2017. Diharapkan melalui pendidikan karakter siswa SMP dapat secara mandiri meningkatkan dan menggunakan ilmu pengetahuan mereka, untuk mempelajari dan menginternalisasi dan mempersonalisasikan nilai-nilaiikarakter dan nilai-nilai moral yang mulia sehingga mereka memanifestasikan dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan Karakter di tingkat institusional bertujuan untuk membentuk budaya sekolah yang dipraktikkan oleh seluruh anggota sekolah. Adapun yang dimkasud dengan Budaya sekolah adalah karakteristik, watak, dan citra sekolah yang dipandang di mata masyarakat luas.Kebudayaan 2010 Pada pendidikan formal di Kota Bandar Lampung, pendidikan karakter yang diterapkan lebih mengarah pada nilai agama, terutama dalam pendidikan dasar sembilan tahun, terutama di tingkat sekolah dasar dan menengah pertama. Ini dapat dilihat di banyak sekolah negeri dan swasta, yang menanamkan nilai-nilai agama di lingkungan sekolah. Seperti kegiatan sholat Sunah Dhuha sebelum belajar, membaca al-Qur'an, peserta didik perempuang diwajibkan menggunakan jilbab serta pengimpelmentasian kegiata-kegiatan agama lainnya di lingkungan sekolah. Demikian pula, Sekolah Menengah Pertama 3 Bandar Lampung, sudah mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter berdasarkan nilai-nilai agama. Mayoritas siswa SMP Negeri 3 Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN 20869118 E-ISSN 2528-2476 86 Bandar Lampung adalah Muslim, sehingga kegiatan sekolah harus lebih mengutamakan nilai-nilai agama islam. Mengingat hasil studi di atas, masih dibutuhan untuk berpikir secara mendalam tentang upaya sekolah untuk mencapai penguatan karakter berbasis Pendidikan Islam. Gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter melalui proses pelatihan, menstransformasikan, menstransmisikan, dan mengembangkan kemampuan siswa dengan cara menerapkan 1 nilai agama; 2 nasionalis; 3 mandiri; 4 gotong royong; dan 5 integritas merupakan suatu cara penguatan pendidikan karakter di sekolah. Program Penguatan Pendidikan Karakter PPK adalah program yang sangat penting untuk dilaksanakan dengan tujuan memperkuat pendidikan karakter yang dilaksanakan. Selain lingkungan keluarga dan sosial, lingkungan sekolah merupakan institusi nomer dua yang berperan penting dalam pembentukan pribadi anak. Penguatan Pendidikan Karakter merupakan kelanjutan dan revitalisasi gerakan nasional pendidikan karakter yang telah dimulai pada 2010. Penguatan pendidikan karakter character education atau pendidikan moral moral education dalam masa ini perlu diimplementasikan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda negeri ini. Krisis tersebut antara lain adalah pergaulan bebas yang semakin meningkat, seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang narkoba dan pornografi. Selain dua kasus tersebut, saat ini juga marak terjadi kekerasan terhadap anak dan remaja, pencurian, kebiasaan menyontek, serta tawuran yang sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.Atik Maisaro, Bambang Budi Wiyono 2018 Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut di SMP Negeri 3 Bandar Lampung untuk melihat bagaimana pelaksanaa penguatan pendidikan karakter yang dilaksanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jenis penguatan karakter apa yang diberikan kepada siswa berdasarkan nilai-nilai agama. Dalam penelitian Peneliti lebih fokus terhadap Pendidikan Agama Islam sebagai sarana pembangunan karakter, sebab dalam pendidikan karakter lebih menekankan niai-nilai agama. Berdasarkan pada studi penelitian terdahulu yang dilakukan oleh EnyWahyu Suryatnti dan Febi Dwi Widayanti dengan judul Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Religius. Pada penelitian terdahulu menyatakan bahwa sudah banyak kasus kemerosotan karakter dalam dunia pendidikan, oleh sebab itu maka dibutuhkan suatu penanaman karakter sejak dini baik dilingkungan keluarga maupun Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN 20869118 E-ISSN 2528-2476 87 dilingkungan sekolah. Penelitian terdauhulu merupakan jenis penelitian kualitatif yang memiliki tujuan untuk mengetahui penerapan pendidikan karakter berbasis religius. Dan hasil temuan dari penelitian terdahulu adalah ada bentuk-bentuk penerapan pendidikan karakter berbasis religius di LPI Kota Malang. Adapun perbedaan pada penelitian penulis dengan penelitian terdahulu adalah penelitian terdahulu fokus pada penguatan pendidikan karakter berbasis religius, sedangkan fokus penelitian penulis adalah lebih fokus terhadap pendidikan islam sebagai upaya pembangunan karakter, sebab dalam pendidikan karakter lebih ditekakan pada nilai-nilai agama. METODE PENELITIAN Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, diskusi kelompok FGD dan dokumentasi. Selain itu, dalam penyajian data menggunakan pendekatan deskriptif, dalam bentuk kata-kata, tulisan, untuk memperjelas data yang dikumpulkan dan dianalisis. Dalam penelitian ini, penulis meneliti dan menganalisia dari penguatan pendidikan karakter melalui pendidikan agama Islam di Sekolah Negeri Bandar Lampung 3. Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti dan sumber utama Suryabrata, 2003. Diperoleh melalui pengamatan kegaiatan-kegiatan sekolah dan wawancara dengan, kepala sekolah siswa dan pihak lain yang tinggal di sekolah dan orang tua dari siswa. Data sekunder adalah data pendukung yang dapat berupa dokumen atau wawancara. Data sekunder berupa dokumen, profil SMP Negeri 3 Bandar Lampung dan rujukannya, serta hasil narasumber terkait dengan data pendukung lainnya. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dengan reponden, yaitu, guru Pendidikan Agama Islam, guru Bimbingan dan Konsling, kepala sekolah, waka siswa, waka kurikulum, dan staf perpustakaan. Alat pengumpulan data berikutnya adalah teknik observasi yang melibatkan mengamati kegiatan pembelajaran guru PAI, kegiatan pendidikan dari awal hingga pulang sekolah, dan kegiatan ekstrakurikuler rohis. Alat pengumpulan data berikutnya adalah mendokumentasikan dokumentasi yang digunakan untuk mengumpulkan dokumen profil sekolah, RPP dan Silabus mata pelajaran PAI. Dan yang terakhir, metode yang Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN 20869118 E-ISSN 2528-2476 88 digunakan dalam pengambilan data dengan teknik FGD. FGD digunakan untuk mengambil data. Selanjutnya setelah data terkumpul maka data di analisis. Analisis data adalah upaya secara sistematis mengatur catatan yang diperoleh dan hasil wawancara, pengamatan dan data terkait lainnya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti, dengan memilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan yang bisa dikomunikasikan kepada orang lain. Analisis dimulai dengan memeriksa semua data dan sumber yang tersedia, termasuk wawancara, observasi lapangan atau pengamatan, rekaman dan dokumen lainnya.Moleong 2005 HASIL DAN PEMBAHASANN Dalam Penguatan pendidikan karakter melalui Pendidikan AgamaaIslam terdapat tiga jalur, yang pertama memperkuat pendidikan karakter berbasis kelas. Berdasarkan data yang diperoleh, SMP 3 Bandar Lampung untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan program K13 di mana program ini merupakan persyaratan dengan memasukkan nilai-nilai karakter. Demikian juga, guru Pendidikan Agama Islam membuat RPP dengan mengggunakan kurikulum 2013. Penguatan ini terdiri dari mengintegrasikan K 13 ke dalam kegiatan pembelajaran PAI, baik intra-kurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Nilai-nilai dan pesan-pesan dalam materi pembelajaran diurutkan dan dipilih dan guru menganalisis keterampilan dasar yang dapat dimasukkan dalam rencana pelajaran. Misalnya, RPP kelas IX disiapkan oleh guru PAI dengan tema toleransi pada mata pelajaran PAI. Bahan belajarnya adalah ayat 13 dari Sura Al-Hujurat tentang Toleransi dan menghormari terhadap Perbedaan. Dalam RPP, ada empat keterampilan utama, yaitu K11, K12, K13 dan K14 Semua kompetensi didasarkan pada nilai-nilai karakter dari materi pembelajaran. Rencana Pembelajaran yang dikembangkan oleh pendidik tentang topik-topik seperti toleransi dan menghormati terhadap keberagaman adalah bentuk integrasi nilai-nilai penguatan pendidikan karakter, yaitu agama dengan nilai turunan meliputi toleransi dan beriman bertaqwa. Ada dua nilai karakter yang ditanamakan oleh guru dalam sikap toleransi beragama, yaitu toleransi terhadap agama yang sama dan terhadap yang berbeda agama. Peserta didik yang berbeda agama diberi pelajaran agar tidak menghina dan menertawakan agama lain. Peserta didik didorong agar saling Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN 20869118 E-ISSN 2528-2476 89 mengasihi sebagai anak-anak bangsa yang setara, sebagai saudara dan saudari di negara yang sama. Sementara sikap toleransi sesama agama, siswa dididik untuk saling mencintai karena setiap Muslim adalah saudara. Seperti hadis Nabi SAW bahwa persaudaraan umat Islam terlihat seperti bangunan ketika seorang anggota sakit, orang Muslim lainnya merasakan perasaan yang sama. Dengan demikian, tergerak hati dan tubuh untuk ikut merasakan dan membantu sehingga tercipta rasa memiliki dan kasih sayang. Selain itu, dalam pengembangan rencana pembelajaran dengan materi toleransi dan menghormati perbedaan, penekanannya adalah pada peningkatan karakter dengan menunjukkan pilihan metode pembelajaran dan sumber pembelajaran. Di sini, guru memilih untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok dengan jumlah siswa 2-5 orang dengan ide-ide untuk memotivasi diri di antara anggotanya sehingga mereka saling membantu untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal. Model ini menekankan sikap kerja sama yang baik antar siswa. Dengan kolaborasi ini, akan memupuk kerja sama dan saling membantu, serta fakta bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri dan pasti membutuhkan orang lain. Untuk mendukung pengimplementasian model ini, guru memilih untuk menggunakan metode tanya jawab, wawancara, diskusi, dan bermaina peran. Model tanya jawab terdiri dari penyampaian pesan pendidikan dengan mengajukan pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau sebaliknya, siswa memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan guru menjawab pertanyaan. Model wawancara adalah model untuk memperoleh informasi dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada siswa. Model diskusi adalah sarana untuk menyajikan materi pelajaran ketika guru memberi siswa kelompok siswa kesempatan untuk mengadakan pembicaraan ilmiah untuk mengumpulkan pendapat, menarik kesimpulan atau mengatur berbagai solusi untuk memecahkan suatu masalah. Metode role play adalah suatu bentuk model pembelajaran dari game edukasi yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, perilaku dan nilai-nilai, dalam rangka menghargai perasaan, pandangan dan cara berpikir orang lain. Kerja sama, solidaritas, gotong royong dan keluargaan adalah nilai-nilai yang memperkuat karakter yang diwujudkan. Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN 20869118 E-ISSN 2528-2476 90 Selain itu, RPP juga menjelaskan kegiatan pembelajaran dasar yang menggabungkan nilai-nilai pembangunan karakter. Misalnya, kegiatan literasi terdiri dari melihat, menonton, membaca, dan bermain dalam RPP untuk menumbuhkan sikap mandiri siswa. Siswa harus menjadi pembelajar dan siswa yang disiplin, yang juga diterapkan oleh guru sehingga mereka dapat berpikir kritis dengan mengajukan pertanyaan dan menjadi kreatif dalam menyimpulkan poin-poin penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran. Berpikir kritis memiliki keuntungan menjadi siswa yang tidak memiliki pikiran ceroboh untuk membuat keputusan dan menemukan solusi untuk masalah. Mereka juga dilatih dengan bekerja sama melalui diskusi. Selama diskusi, siswa juga dilatih dalam kemandirian dan kepercayaan diri untuk meneliti dan mengumpulkan informasi dan kemudian menyajikan kembali materi pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan pengetahuan dan keberanian mereka dengan pertukaran informasi antara masing-masing kelompok. Dalam mengevaluasi, guru melakukan secara otentik berdasarkan kurikulum 2013, yaitu penilaian sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa, sehingga menghasilkan penilaian yang objektif. Penilaian autentik adalah ukuran yang mewakili semua nilai sebenarnya yang melekat pada objek yang dievaluasi dalam kaitannya dengan program 2013, objek evaluasi tidak lain adalah siswa. Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui siswa, tetapi lebih berfokus pada apa yang dapat dilakukan oleh siswa. Kurikulum13 lebih berfokus pada penilaian sikap. Penilaian sikap dilakukan karena penilaian sikap adalah kegiatan yang bertujuan untuk memahami perilaku peserta didik selama pembelajaran dan pembelajaran eksternal, yang bertujuan untuk menumbuhkan perilaku yang konsisten dengan karakteristik dalam konteks pelatihan karakter siswa. Upaya untuk meningkatkan dan menumbuhkan sikap yang diharapkan sesuai dengan guru KI-1 dan KI-2 harus memungkinkan untuk pembiasaan dan pengembangan berkelanjutan dalam pembelajaran dan pembelajaran eksternal. Untuk mengetahui kemajuan guru harus melakukan penilaian. Kedua, budaya sekolah. Sekolah telah mengembangkan praktik-praktik baik yang memperkuat nilai religiusitas. Memperkuat nilai pendidikan karakter di sekolah terkait dengan pembiasaan atau budaya di unit pengajaran itu sendiri. Menurut data Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN 20869118 E-ISSN 2528-2476 91 yang diperoleh oleh peneliti, salah satu budaya dari Sekolah Menengah Pertama 3 Bandar lampung adalah budaya berjabat tangan dan menyapa guru, karena budaya 3S dibudidayakan dengan sapa, salam, senyum. Lima belas menit sebelum masuk kelas diperharuskan untuk membaca surat dalam Al-Quran dan terjemahannya. Kemudian menyanyikan lagu-lagu Indonesia dan membaca Pancasila. Saat memasuki jam dhuhur, itu wajib untuk sholat dzuhur berjamaah. Dan ketika mereka hendak kembali ke rumah, mereka harus berdoa dilajutkan menyanyikan lagu-lagu wajib dan lagu-lagu daerah. Kebersihan lingkungan juga berlaku untuk Sekolah Menengah Pertama 3 Bandar Lampung dengan menyelenggarakan hari Jumat yang bersih sehingga siswa dapat belajar untuk bekerja sama. Program sekolah juga diselenggarakan, termasuk PHBI, layanan sosial dan buka bersama. Yang sangat diterapkan sekali di SMP 3 Bandar Lampung adalah kewajiban untuk mengenakan jilbab bagi siswi Muslim. Dan ketiga, memperkuat pendidikan karakter berbasis masyarakat. Dalam hal ini, sekolah tidak banyak berkolaborasi dengan institusi lain. Tetapi dengan budaya nilai-nilai utama religiusitas melalui pendidikan agama Islam, sekolah bekerja sama dengan komunitas ulama. Ini terjadi ketika sekolah mengadakan PHBI, Isro 'dan Mi'roj, Maulid Nabi SAW, Halal-bi Halal, dll. Sekolah mengundang Da'i dari luar untuk mengisi tausiah dalam kegiatan PHBI. Kemudian, dalam kegiatan ekstra kurikuler Rohis, sekolah juga mengundang guru ngaji untuk melatih para siswa agar lancar dalam membaca Al-Quran. Demikian juga, sekolah menggunakan guru yang kompeten untuk melatih siswa untuk membentuk kelompok marhaban. KESIMPULAN DAN SARAN Penguatan pendidikan karakter Di SMP Negeri 3 Bandar dilakukan melalui pendidikan agama Islam. Penguatan pendidikan karakter melalui pendidikan agama Islam ini meliputi tiga jalur dan basis, yaitu berbasis kelas dengan mengintegrasikan K 13 ke dalam kegiatan pembelajaran PAI, baik intra kurikuler, kokurikuler, dan ekstra kurikuler. Kedua, berbasis budaya sekolah dengan cara membudayakan praktik-praktik yang menguatkan nilai religiusitas. Dan ketiga, berbasis masyarakat, dalam hal ini sekolah masih kurang melibatkan lembaga-lembaga keagamaan untuk bekerjasama dalam mendukung pendidikan karakter. Interaksi kepada orang tua siswa juga masih Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN 20869118 E-ISSN 2528-2476 92 kurang. Begitu juga gerakan literasi keagamaan di lingkungan sekolah dan di luar sekolah juga masih kurang. Adapun saran dalam peneliitian ini ialah sebagai berikut pertama, dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus terus mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai utama, baik dari sisi religiusitas, kemandirian, nasionalisme, gotong royong dan integritas, agar terjadi suatu penguatan dalam pendidikan karakter. Karena dengan pendidikan karakter ini, siswa tidak hanya dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam, tetapi diharapkan memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilaii kehidupan sehari-hari. Terkhusus untuk SMP Negeri 3 Bandar Lampung, untuk lebih fokus pada penguatannpendidikan karakter berbasis masyarakat. Kedua, sekolah harus lebihg menekankan nilai agama untuk lebih memperkaya literatur Islam serta meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan keaagamaan. Dan ketiga, perlu dilaksanakan penelitiann yang lebih mendalam pada manajemenn penguatan pendidikan karakter. DAFTAR PUSTAKA Ainiyah, Nur. 2013. “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam.” Al-Ulum 13 1 25–38. Anam, Much. Arif Saiful. 2014. “Pendidikan Karakter Upaya Membentuk Generasi Berkesadran Moral” 02 02 390–426. Anwar, Syaiful, and Agus Salim. 2018. “PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DI ERA MILENIAL” 9 2 233–47. Atik Maisaro, Bambang Budi Wiyono, Imron Arifin. 2018. “Manajement Program Penguatan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar.” Jurnal Adminitrasi Dan Manajemen Pendidikan 1 3 302–12. Dahliyana, Asep. 2017. “Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah.” Jurnal Sosioreligi 15 1. 54-64 Hamid, A. 2017. “Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren Pelajar Dan Santri Dalam Era IT & Cyber Culture.” In , 28. Surabaya IMTIYAZ. Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan. 2010. “Pembinaan Pendidikan Karakter Di Sekolah Menengah Pertama.” In , 9. Jakarta Kemendinas. Moleong, Lexy J. 2005. “Metodologi Penelitian Kualitatif.” In , 247. Bandung PT Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN 20869118 E-ISSN 2528-2476 93 Remaja Rosdakarya. Taqiudin Zarkasi, Al Kauseri. 2018. “Penguatan Pendidikan Karakter Di Madrasah Perpres N0 68 Tahun 2017” I 3 1–18. Wahyu Suryanti, Eny, and Febi Dwi Widayanti. 2018. “PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS RELIGIUS,” no. September 254. ... This is so that his attitude and behavior do not go outside the boundaries of Islamic values, all of which will be faced by Muslims, because of the socio-cultural changes that are increasingly developing in peoples lives Yasmin & Sohail, 2018. Therefore, with the existence of an educational cultural approach, it is hoped that there will be an awareness and understanding of how we can consolidate and sort out every positive side contained in a culture that has a strong influence on the religion and socio-culture of each nations children Zulaikhah, 2019. With the existence of Islamic religious education, it is hoped that it will be able to deliver every human being related to God Hablum mina Allah. ...Firman MansirReligious and socio-cultural education is inseparable in peoples lives. Educational cultural proximity to religion and socio-cultural development become two interrelated and mutually needy sides in solving social problems of society. This research shows that there is a relationship between religious and cultural education that is interrelated, giving birth to changes and responding to the rapid development of the times, thus ushering in a reality of religious life that is full of educational values without losing the local culture. The success of a nation can be seen and measured by the younger generation of its nation in the present and the future. Regarding religious education with culture, it is hoped that there will be the best results from a new generation and have potential with good quality, who can develop the knowledge they have and apply it well in the fabric of education, society, and culture. Thus, religious and socio-cultural education provides answers to various problems in the social development of budaya to religion in the context of educational institutions, be it in schools or madrasas. Pendidikan Agama Islam dan sosial budaya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. Pendekatan kultural edukatif terhadap agama dan perkembangan sosial budaya menjadi dua sisi yang saling terkait dan saling membutuhkan dalam memecahkan persoalan sosial masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan Agama Islam dan budaya yang saling berkaitan, dengan melahirkan perubahan serta merespon berkembangnya zaman yang semakin pesat, sehingga mengantarkan pada sebuah kenyataan kehidupan beragama yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan tanpa menghilangkan budaya setempat. Berhasilnya suatu bangsa dapat dilihat serta diukur dari generasi muda bangsanya pada masa kini serta pada masa yang akan datang. Dalam hubungannya Pendidikan Agama Islam dengan budaya, sangat diharapkan adanya hasil terbaik dari generasi yang baru dan memiliki potensi dengan kualitas yang baik, yang mampu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan mengaplikasikannya dengan baik dalam jalinan pendidikan, sosial dan budaya. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam dan sosial budaya memberi jawaban dari berbagai permasalahan dalam perkembangan sosial budaya terhadap agama dalam konteks lembaga pendidikan, baik itu di sekolah maupun ShofwanAchmad MunibThis study explores the values of social character education in Surah Al-Hujurat verses 11-13. This study uses the library research method by utilizing two commentary books classified as works of classical and contemporary interpretation, namely, the interpretation of Ibn Kathir and Al-Azhar. The results of this study found that Al-Hujurat verses 11-13 contain meaning in the form of teachings and social values as the basis for carrying out a humane society. Education and social values are stored in various prohibition states with many positive values. The ban consists of several behaviors not insulting fellow human beings, self-reproach and others, prejudice, spreading false news, looking for other people's faults, and various derived behaviors. Implementing all forms of prohibition has an orientation towards forming individual social character, which is the basis for carrying out social Uswatun HasanahRena SulistyaningrumThis study aims to explore the implementation of character education in building religious moderation in MA El-Bayan Majenang. By conducting this research, it is hoped that it can provide an overview of the character education practices carried out at MA El-Bayan Majenang. The author also hopes that this research can provide useful information about the implementation of character education in building religious moderation in the millennial generation at MA El-Bayan Majenang. The research method used is descriptive method with a qualitative approach. Data were collected through observation, interviews and documentation studies. Research participants included teachers, students, and school staff involved in implementing character education at MA El-Bayan Majenang. The results of the research show that character education is an important effort in educating children to be able to make wise decisions and apply them in everyday life. Implementation of character education at MA El-Bayan Majenang through religious activities has succeeded in growing and increasing students' sense of religiosity. In this context, the millennial generation at MA El-Bayan Majenang shows a positive level of religious moderation. Based on the results of this study, it can be concluded that character education is an important component in building religious moderation in the millennial generation at MA El-Bayan Majenang. The practice of character education through religious activities can make a positive contribution in forming strong and moderate religious attitudes in students. These findings provide a better understanding of the importance of character education in the context of building religious moderation in the millennial religious values as the basis for character education for the younger generation is important to do as an effort to overcome the polemic of moral degradation and identity crisis that overshadows students in the era of technological development. This study aims to describe the strengthening of religious values among the younger generation in Islamic educational institutions so that they are able to become models in other educational institutions, especially in terms of developing students' character. This research is a type of qualitative research with a literature study and uses an anthropological approach to religion that focuses more on human, cultural and religious aspects. The data analysis technique in this study was started by categorizing research articles related to the research topic, then, analyzed using an anthropological approach. The results of this study indicate that efforts to strengthen religious values as the basis for character education can be carried out by revitalizing institutional governance and orienting learning based on local cultural wisdom and contextual learning NurhayaniDeri WantoMoral degradation has occurred and has become a serious threat to world civilization, so it is a challenge that Islamic religious education must be able to solve. One of the efforts being made is strengthening and internalizing character education in the Islamic education curriculum. Character education is an inseparable part of the implementation of Islamic religious education. Thus character education can be internalized in the PAI curriculum and learning. This study aims to determine the efforts made by MIN 1 Lebong to improve the morals of the nation's children by internalizing character education in the PAI curriculum. This study uses a qualitative method with a field research approach. The result of the research is the design of the RPP design that includes the values of the nation's character and in the process always instills character education values such as religious, honest, tolerance, discipline, hard work, creative, independent, democratic, curiosity, enthusiasm. nationality, love for the homeland, appreciate achievements, friendly/communicative, love peace, love to read, care for the environment, care about social and responsibility. Apart from intra-curricular activities, character education is also applied to co-curricular and extra-curricular activities such as tahsin, khatil and muhadharah as well as PHBI, activities tahfizh and is currently faced with the problem of weakening character. Formation of character in the nation's next generation has been pursued with various forms and efforts, but until now it has not been implemented optimally. The purpose of this study is to describe the planning, implementation, and evaluation of the strengthening of character education programs in the millennial era through the learning process of PAI Islamic Religious Education and Civics Education Civics Education. This research uses a qualitative approach with descriptive methods. This research was conducted at the Islamic Middle School Khadijah Bagek Nyake East Lombok. Data collection uses observation, interviews, documentation, and questionnaires. The data analysis technique uses three activities, namely data reduction, data presentation and conclusion drawing. The results were obtained as follows a Learning planning in Khadijah Bagek Nyake Aikmel Islamic Middle School is well implemented, this is evidenced by the actions taken by the teacher in compiling the syllabus, lesson plans, teaching materials and evaluation instruments before learning begins; b The learning process is quite good because the learning material taught is integrated with character values; c Evaluation of learning conducted by the teacher of student learning outcomes is optimal. While the evaluation conducted by the principal of the teacher is not BahriTujuan penelitian. Pertama, untuk mengungkapkan mengapa pendekatan al-Qur’an penting dalam membina akhlak siswa melalui kegiatan keagamaan. Kedua, untuk mengungkapkan bagaimana implementasian pendekatan al-Qur’an dalam membina akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Wathan Mengkuru. Ketiga, untuk mengungkapkan bagaimana hasil implementasi pendekatan Al-Qur’an dalam membina akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Wathan Mengkuru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Wathan Mengkuru. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini, observasi, wawancara, dokumentasi. Tehnik menganalisis data dalam penelitian ini yakni analisis filosofis deskriptif, yaitu menguraikan serta memaparkan data dari hasil temuan-temuan yang peneliti peroleh memalaui obsevasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan menggunakan uji kreadibilitas,uji transferability, uji dependability, uji konfirmability. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan al-Qur’an memiliki urgensi yang penting untuk diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Wathan Mengkuru. Untuk membina akhlak siswa melalui kegiatan keagamaan yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Wathan Elfa Nur IzzaM. Fajar Al AziziAbstrak Dewasa ini banyak keluarga yang kembali melirik Pondok Pesantren sebagai sarana pembinaan moral, karena para orang tua menilai bahwa Pondok mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan pendidikan kontemporer dengan proses pendidikan dan pengajarannya yang lebih terpadu sehingga mampu lebih efektif membentuk karakter yang tinggal di pondok pesantren diasumsikan akan mendapat pembinaan yang lebih mendalam dan terstruktur daripada siswa yang tidak tinggal di pondok. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan karakter antara siswa yang tinggal di pesantren dan tidak di pesantren. Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparasional, yaitu dengan cara membandingkan akhlak siswa berdasarkan perbedaan lingkungan tempat tinggal. Hasil penelitian ini yaitu siswa yang tinggal di pondok pesantren memiliki karakter yang lebih baik dalam pada kategori Akhlak kepada Alloh, Akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada sesama dan akhlak kepada lingkungan. Hasil t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tentang karakter siswa yang tinggal di lingkungan keluarga dengan siswa yang tinggal di lingkungan pesantren. Kata Kunci Karakter, siswa yang tinggal di pesantren, siswa yang tinggal di rumah Abstract Nowadays, many families are turning their attention back to Islamic boarding schools as a means of moral development, because parents consider that Islamic boarding schools are able to answer various challenges and problems of contemporary education with a more integrated education and teaching process so that they can be more effective. It is assumed that students who live in Islamic boarding schools will receive more in-depth and structured guidance than students who do not live in Islamic boarding schools. This study serves to determine whether there are differences in character between students who live in Islamic boarding schools and those who do not. The research method used in this research is descriptive analysis method with a quantitative approach. This study uses comparative analysis, namely by comparing the morals of students based on differences in the environment they live in. The results of this study are students who live in Islamic boarding schools have better character in the categories of morality to Allah, morality to oneself, morality to others and morality to the environment. The results of the t-test showed that there were significant differences in the character of students who lived in a family environment with students who lived in an Islamic boarding school environment. Keywords Character, students who live in boarding schools, students who live at homeMelinda PridayaniAhmad RivauziThis study aims to determine the supporting and inhibiting factors for the implementation of a strengthening program of religious character education for students in SMP Negeri 13 Padang which is accredited A in the city of Padang, West Sumatra. The research uses qualitative methods through a case study approach. Research data sources are taken from fourteen informants consisting of school principals, Islamic Religious Education teachers, and students of class Research data were taken through in-depth interviews with all informants. The results showed that the implementation of the program for strengthening the religious character education of students at SMP Negeri 13 Padang had four supporting factors including the existence of a student character strengthening book, the desire of students, supporting religious activities, and adequate facilities and infrastructure. While the five inhibiting factors include environment, peers, and cellphones. self-awareness of students themselves and lack of teacher FebriyaniFasha Putri AudinaTika Yulia Damayanti Hisny FajrussalamEducational institutions are said to be advanced if they are successful in both academic and non-academic fields. Success in this non-academic field includes the attitudes and behavior of students who are good and have noble character. Awareness of how important character education is for the next generation of this nation is growing and putting hope in its development in the field of education. The purpose of this research is of course to find out and be able to implement more about character education from an Islamic perspective. By using qualitative research methods, the researchers obtained results regarding the Islamic perspective in character education and its implementation at the elementary school level. The researchers obtained the results from the questionnaire and then processed the data through descriptive-qualitative analysis. By understanding the various opinions the researchers succeeded in getting the results of the Implementation of Islam in Character Education in Elementary Schools. Asep DahliyanaStrengthening Character Education through Extra-Curricular Activities in School. This study aims are to explore and assess information about the development of habituation of character education through the extracurricular activities at school which was held in SMA Negeri 3 Bandung. This research approach is qualitative by the case study method, to reveal and understand the realities that occur intensive and deeply, that related with the phenomenon above. Techniques of collection of data and information through interviews, observation of participant and non-participants, study of documentation, and literature studies. The findings of this study are, the relations of extracurricular activities with the character education is as implementation between knowledge gained in class with the attitude and skills that must be developed in order to have the students form the values of noble character who has become a culture within the school social life. Sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengkaji informasi tentang pengembangan habituasi pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang dilaksanakan di SMA Negeri 3 Bandung. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus, untuk mengungkapkan dan memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi secara intensif dan mendalam yang berkenaan dengan fenomena di atas. Teknik pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara, observasi partisipan dan non-partisipan, studi dokumentasi, dan studi literatur. Temuan penelitian ini adalah, hubungan kegiatan ekstrakurikuler dengan pendidikan karakter yaitu sebagai pengejawantahan antara pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan sikap dan keterampilan yang harus dikembangkan agar dapat dimiliki siswa berupa nilai-nilai budi pekerti luhur yang telah menjadi budaya dalam kehidupan sosial sekolah tersebut. Kata kunci Pendidikan Karakter, Ekstrakurikuler, Habituasi, dan Sekolah. Setelah era reformasi datang di bumi pertiwi Indonesia, bangsa ini semakin suka saling membunuh dan semakin bekembangnya kasus school bullying Mu'in, 2011; Khasbullah, 2013. Dunia pendidikan yang secara filosofis dipandang dan diharapkan sebagai alat atau wadah untuk mencerdaskan dan membentuk watak manusia agar lebih baik humanisasi, sudah mulai bergeser. Hal tersebut terjadi salah satunya disebabkan kurang siapnya dunia pendidikan untuk mengikuti perkembangan zaman yang begituMuch. Arif Saiful Anamp> The post-reform moral crisis shows that the achievement of moral competence processed at school has not been able to result the optimal output to the moral awareness generation development of nation. This condition such that begun from verbalistic growth culture from the learning process which inclines to only teach moral education as the textual limitation. That phenomenon and fact cause many sides conclude that the importance of character education implementation intensively as the essence of moral awareness generation development. This perspective places moral as the main environment aspect which decides generation characterization. Therefore, moral awareness should be learned intently and progressed or developed by character education applicatively. When the first time of implementation of character education in the school environment, it needs to do by the moral conditioning then continue to the moral training. The Design Character education like this has a function as systemic moral ideas in progressing the generation moral awareness which is able to supply young generation with moral intelligence competence and character. Manusiarasional, normative edukatif yang berarti pendekatan manusia rasional tapi bertindak berdasarkan norma sosial, pengetahuan dan memiliki kepentingan sendiri dan paksaan kekuasaan, dimana manusia bertindak atas PerkembanganIntelek, Sosial dan Budaya Namun perkembangan intelek atau intelegensi anak dapat diukur melelui tes intelegensi. Melalui tes intelegensi ahli psikolog dapat memahami kemampuan intelek seseorang yang dibawa sejak lahir. Dengan adanya tes intelegensi akan diperoleh angka-angka sehingga dapat ditemukan presentasi individu pada PengembanganTenaga Edukatif dan Perpustakaan IAIN. Makalah disampaikan pada Sarasehan Alumni S2 dan S3 Luar Negeri tentang Pencepatan Pengembangan IAIN, Jakarta 15-17 Pebruari 1993. Pendekatan Kultural terhadap Prilaku Menyimpang. Makalah disampaikan pada seminar tentang Sadisme dan Kriminalitas, Unit Pengembangan Intelektual, Senat
\n\n \n\n\n \npendekatan kultural edukatif terhadap agama dan perkembangan sosial budaya
DalamPeraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Tentang Bimbingan Dan Konseling Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah Nomor 111 tahun 2014 Pasal 1 Butir 1 ”Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk . 125 386 239 18 100 330 273 21

pendekatan kultural edukatif terhadap agama dan perkembangan sosial budaya