1 Waktu terbaik menghafal adalah setelah sholat fajar , mengulang matan yg ingin kamu hafal 20 kali dengan hafalan. 2. Mengulang matan yg telah kamu hafal dipagi hari setelah ashar dan maghrib 20 kali dengan hafalan. 3. Keesokannya , sebelum menghafal hafalan baru maka ulanglah hafalan kemaren 20 kali. 4. Kisah Baqi' bin Makhlad, Sang Penuntut Ilmu Sejati Kisah Pencari Ilmu Yang Sejati Source Pada suatu hari Baqi’ bin Makhlad melakukan perjalanan dari Andalus menuju Baghdad dengan berjalan kaki, melewati daratan, lautan, serta gunung–gunung. Ketika itu umur beliau baru 20 tahun. Tujuan beliau melakukan perjalanan tersebut adalah untuk bertemu dengan Al-Imam Ahmad bin Hambal dan menuntut ilmu darinya. Tatkala beliau mendekati Kota Baghdad ternyata sampai kepadanya kabar tentang ujian yang menimpa Al-Imam Ahmad bin Hambal. Dikarenakan beliau rahimahulloh tidak mau berpendapat bahwa Al Qur’an adalah makhluq. Sampai pula kabar bahwa Al-Imam Ahmad dilarang untuk mengajar dan mengadakan majelis pengajian, beliau dipaksa untuk tinggal di rumahnya. Kemudian Baqi’ berkata “Akupun bersedih dengan kesedihan yang sangat karena hal itu. “ Akan tetapi Baqi’ tetap meneruskan perjalanannya. Setibanya beliau di Baghdad, beliau meletakkan perbekalannya dan pergi menuju masjid Al Kabir🕌 Masjid Agung yang ada di Baghdad. Kemudian beliau pergi mencari rumah Imam Ahmad, maka ditunjukkanlah kepada beliau rumah Imam Ahmad. Kemudian beliau mengetuk pintu rumah dan Imam Ahmad pun membukanya. Baqi’ berkata kepada Imam Ahmad “Aku adalah orang yang asing di negeri ini dan ingin mencari ilmu, tidaklah aku melakukan perjalanan ini kecuali kepadamu.” Kemudian Imam Ahmad bertanya “Di manakah tempat tinggalmu❓" Baqi’ menjawab “Di Barat jauh, aku mengarungi lautan dari negriku menuju ke Afrika.” Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya tempat tinggalmu jauh sekali, dan aku ingin membantumu akan tetapi keadaanku seperti ini, sedang diuji dan ditahan dirumahku.” Maka Baqi’ berkata, “Wahai Abu Abdillah kunyah Imam Ahmad … aku adalah orang yang asing, tidak ada satupun dari orang Baghdad yang mengenaliku, jika engkau mau aku akan datang kepadamu setiap hari akan tetapi dalam bentuk seorang pengemis. Kemudian aku ketuk pintu rumahmu aku meminta shadaqah. Kemudian engkau membacakan kepadaku walaupun satu hadits dalam sehari.” Maka Imam Ahmad berkata “Baiklah … Engkau boleh seperti itu tetapi dengan syarat engkau tidak menceritakan keadaanmu itu kepada Ashhabul Hadits para pencari hadits yang lain, karena nanti mereka akan iri kepadamu” Maka Baqi’ berkata “Aku bawa sebatang kayu di tanganku dan aku balut kepalaku dengan kain kemudian aku masukkan kertas dan penaku di kantong bajuku. Kemudian aku pergi menuju rumah Imam Ahmad dan mengetuk pintu rumahnya dan berteriak meminta shadaqoh “Shadaqah rahimakumullah‼️" Maka kemudian Imam Ahmad keluar menemuiku dan memasukkanku ke rumahnya dan mengunci pintu rumah, kemudian membacakan kepadaku dua atau tiga hadits sehingga terkumpul padaku 300 hadits.” Kemudian suatu hari Allah menghilangkan ujian yang menimpa Imam Ahmad dan diizinkannya beliau untuk mengajar dan mengadakan majelis-majelis taklim. Maka, apabila aku datang di majelis beliau, maka beliau memerintahkan untuk meluaskan tempat duduk untukku dan mendudukkanku di sampingnya. Beliau berkata kepada muridnya, “Ini adalah seorang yang pantas dikatakan “Tholibul Ilmu” penuntut ilmu agama yang sebenarnya.” Kemudian beliau menceritakan kisahku kepada mereka.. -selesai- Referensi Kitab Waratsatul Anbiya’, Asy Syaikh Abdul Malik bin Muhammad Qasim, Hal. 63 – 64. Demikianlah, dengan kepayahan dan rintangan serta semangat yang besar barulah seseorang dikatakan sebagai THALIBUL IMLI Penuntut Ilmu yang sebenarnya. Lantas bagaimana dengan kita⁉️ Admin Almanshuroh Mujur Diposting ulang oleh Sumber Dipublikasikan di situs 19 Jumadil Akhir 1437/26 Maret 2016
Andaada di : Beranda - Artikel - Adab Seorang Penuntut Ilmu. Adab Seorang Penuntut Ilmu. Diterbitkan : Saturday, 9 April 2022 - Kategori : Artikel. Membaca kisah para ulama dalam
Diantara rintangan dalam menuntut ilmu agama adalah kurangnya kesabaran serta ingin segera memetik hasilnya. Menuntut ilmu butuh ketekunan yang semangat agar tidak bosan dan bersiap diri menghadapi berbagai Syihab Az Zuhri rahimahullah berkata “Barang siapa yang mempelajari ilmu langsung sekaligus dalam jumlah yang banyak, maka kan pergi darinya ilmu yang banyak, dan ilmu-ilmu hanya dicari selama berhari-hari dan bermalam-malam” Riwayat Abdul Barr dalam Al Jami, I/431.Kisah-kisah indah para imam dan ulama di bawah ini semoga mengukuhkan semangat kaum muslimin untuk semangat menuntut ilmu agama. Kisah yang penuh antusias, pantang menyerah, dan sangat mengharukan yang semuanya berbuah manis. Abdullah bin Dawud berkata “Aku masuk kufah untuk mencari ilmu dan hanya memiliki satu dirham. Aku membelikannya 30 mud ful sejenis kacang lalu memakannya sambil menulis kitab Al Asyaj Abdullah bin Sa’id Al Kindiy setelah aku habis memakannya aku telah menulis 30 ribu hadits yang maqthu atau mursal.” Tadzkiratul Huffazh, II/768.Sungguh menakjubkan perjuangan dan kuatnya kesabaran mereka untuk mencari ilmu syar’i, menulisnya, dan mempelajarinya sehingga mereka menguasainya dengan baik. Semua butuh keikhlasan niat, bekal materi, semangat membara, dan juga fisik perlu ditempa agar tahan menghadapi berbagai rintangan saat mencari bin Masud berkata “Tidaklah turun satu ayat kecuali aku tahu tentang apa ayat itu diturunkan, jika aku mengetahui ada seseorang yang lebih tahu tentang kitab Allah maka aku akan menyiapkan unta dan perbekalanku untuk menjumpainya.” Rihlah li tholabil Hadits, Khatib Al Baghdadi, hlm. 65, Darul Kutub Al Ilmiyah.Senada dengan kisah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu sahabat lain pun sangat bersemangat mengejar ilmu syar’i. Abu Darda radhiyallahu’anhu berkata “Seandainya saya mendapatkan satu ayat dari Al-Qur’an yang tidak saya pahami dan tidak ada seorangpun yang bisa mengajarkannya kecuali orang yang berada di Barkul Ghamad yang jaraknya 5 malam perjalanan dari Mekah, niscaya aku akan menjumpainya.” Al Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir, 9/100Zaman dahulu dengan keterbatasan sarana transportasi, sulitnya medan, dan jauhnya perjalanan bukan penghalang untuk rihlah mencari ilmu syar’i. Terlebih lagi saat ini, dengan segala fasilitas yang kian canggih dan transportasi mudah harusnya kaum muslimin lebih bersemangat mencarinya dan apapun usahakan untuk meluangkan waktu belajar agama. Bisa lewat online atau offline sesuai kemampuan fisik dan waktu yang kita miliki. Kuncinya semua butuh kesabaran pula seorang penuntut ilmu hendaknya sabar dan bijak dalam berinteraksi dengan gurunya. Karena mereka juga manusia biasa mungkin terkadang salah ataupun sikapnya kurang tepat sehingga hubungan dengannya kurang harmonis. Janganlah kendor semangatnya dan berupaya lebih lapang dada. Allah Ta’ala berfirmanوَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا“Dan bersabarlah engkau Muhammad bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.” QS. Al Kahfi 28.Terkadang sikap keras guru itu bertujuan mendidik dan menempa mental murid atau menguji sejauh mana kecintaannya pada ilmu. Imam Syafi’i rahimahullah berkataإِصْبر على مُرِّ الجَفَا مِن مُعلِمٍّ فَإِنَّ رَسُوبَ العلمِ في نَفَرِتِهِ“Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya”.Semoga dengan uraian di atas Allah Ta’ala memberikan kesadaran kepada para penuntut ilmu atau orang yang mencintai ilmu syar’i untuk selalu tekun bergelut dengan agama. Dengan mengingat-ingat pahala yang besar, atau ilmu itu jalan menuju surga, dan berbagai keutamaan lainnya ketika menuntut ilmu syar’i niscaya semua rintangan akan terasa ringan.***Penulis Isruwanti Ummu NashifaReferensi 1. Majalah As Sunnah, edisi 08/ Tahun XXV/ 1443 H 2. Majalah As Sunnah, edisi 09/ Tahun XXV/ 1443 H Terakhirdiperbaharui: Minggu, 23 Januari 2022 pukul 12:38 pm. Tautan: Menceritakan Kisah Nabi Musa Menuntut Ilmu merupakan kajian Islam Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata, الحكايات عن العلماء ومجالستهم أحب إلي من كثير من الفقه؛ لأنها آداب القوم وأخلاقهم» “Kisah-kisah keteladanan para ulama dan duduk di majelis mereka lebih aku sukai dari pada kebanyakan masalah-masalah fikh, karena kisah-kisah tersebut berisi adab dan tingkah laku mereka untuk diteladani” [1] Demikianlah para ulama menerangkan bahwa terkadang membaca kisah-kisah para nabi, orang shalih dan ulama lebih disukai daripada mempelajari teori, karena mereka adalah praktek nyata dari teori yang dipelajari. Kemudian jika kira merasa futur/sedang tidak semangat dalam beragama maka salah satu cara agar semangat lagi adalah dengan melihat dan membaca kembali kisah-kisah mereka. Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib – Zainul Abidin- berkata, كنا نعلم مغازي النبي صلى الله عليه و سلم وسراياه كما نعلم السورة من القرآن “Dulu kami diajarkan tentang sejarah peperangan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana al-Qur’an diajarkan kepada kami”[2] Allah Ta’ala berfirman, لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُون “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka para Nabi alaihis salam dan umat mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat. al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” Yusuf111 Kemudian kami bawakan kisah-kisah para ulama, karena mereka adalah manusia biasa seperti kita untuk menghilangkan komentar yang terkadang terlintas di hati kita yang lemah seperti, “Mereka kan nabi dan Rasul, pantesan bisa seperti itu” berikut ringkasan kisah mereka, semoga bisa menambah semangat kita Perjalanan jauh untuk ilmu Seseorang jika ingin mendapatkan ilmu maka ia harus keluar dari rumahnya dan mencari ilmu. Imam Bukhari berkata dalam shahihnya, باب الخروج في طلب العلم “Bab keluar untuk menuntut ilmu” Seorang tabi’in terkenal Sa’id bin Al-Musayyab rahimahullah berkata, إن كنت لأسير الليالي والأيام في طلب الحديث الواحد “Sesungguhnya aku berjalan berhari-hari dan bermalam-malam untuk mencari satu hadits.”[3] Ibnul Jauziy berkata, طاف الإمام أحمد بن حنبل الدنيا مرتين حتى جمعالمسند “Imam Ahmad bin Hambal keliling dunia dua kali hingga dia bisa mengumpulkan musnad.”[4] Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah bercerita sendiri, سَافَرت فى طلب الحَدِيث وَالسّنة إِلَى الثغور والشامات والسواحل وَالْمغْرب والجزائر وَمَكَّة وَالْمَدينَة والعراقين وَأَرْض حوران وَفَارِس وخراسان وَالْجِبَال والأطراف “Aku mengembara mencari hadist dan sunnah ke Tsughur, wilayah Syam, Sawahil, Maroko, Al-Jazair, Makkah, Madinah, Iraq, Wilayah Hawran, Persia, Khurasan, gunung-gunung dan penghujung dunia.”[5] Dari Abdurrahman, aku mendengar Ubai berkata, أول سنة خرجت في طلب الحديث أقمت سبع سنين أحصيت ما مشيت على قدمي زيادة على ألف فرسخ لم أزل أحصى حتى لما زاد على ألف فرسخ تركته “Tahun pertama mencari hadits, aku keluar mengembara mencari hadits selama 7 tahun, menurut perkiraanku aku telah berjalan kaki lebih dari seribu farsakh + 8 km. Aku terus terus menghitung hingga ketika telah lebih dari seribu farsakh, aku menghentikannya.”[6] Ibnu mandah berkata, طُفت الشَّرقَ وَالغربَ مرَّتين “saya mengelilingi timur dan barat untuk menuntut ilmu sebanyak dua kali”[7] BERSAMBUNG INSYAALLAH… Lombok, pulau seribu masjid 5 Sya’banl 1433 H, Bertepatan 25 Juni 2012 Penyusun Raehanul Bahraen Artikel [1] Jaami’u bayaanil ilmi wa fadhlihi I/509 Darul Ibnu Jauzi, 1414 H, syamilah [2] “al-Jaami’ li akhlaaqir raawi 2/195, Maktabah Al-Ma’arif, Riyadh, 1430 H, syamilah [3] Jaami’u bayaanil ilmi wa fadhlihi I/395 Darul Ibnu Jauzi, 1414 H, syamilah [4] Shaidul Khatir dikutip dari [5] Al-Maqshadul Arsyad 1/113-114, Maktabah Ar-Rusyd, Riyadh, 1410 H, Syamilah [6] Al-Jarh wa At-ta’dil 1/359, Dar Ihya’ At-turats, Beirut, cet. I, 1427 H, Syamilah [7] Siyar A’lam An-nubala 12/503 Darul Hadits, koiro, 1427 H, syamilah
Adabseorang penuntut ilmu terhadap dirinya sendiri ada sepuluh, di antaranya adalah: Pertama, selayaknya seorang murid senantiasa membersihkan hati dari berbagai macam kotoran yang ada di dalamnya. Kotoran-kotoran tersebut dapat berupa iri, dengki, amarah, hasad, sombong, ujub, perangai yang buruk, aqidah yang keliru, dan berbagai bentuk macam
Bersabar di Jalan Thalabul IlmiMeninggalkan Kampung Halaman untuk Menuntut IlmuCatatan kakiBersabar di Jalan Thalabul IlmiDari berbagai artikel yang telah dipublikasikan sebelumnya, kita telah memahami tentang keutamaan dan urgensi menuntut ilmu agama ilmu syar’i. [1] Setelah jelas bagi kita tentang keutamaan dan kenikmatan meraih ilmu syar’i [2] serta pahala yang Allah sediakan bagi para thalibul ilmi penuntut ilmu, penulis sangat berharap bahwa hal ini dapat mendorong pembaca semuanya untuk semakin giat dalam thalabul ilmi menuntut ilmu agama. Hendaklah kita menjadi orang-orang yang bersabar di jalan thalabul ilmi. Jangan sampai mudah merasa jenuh dan bosan, karena inilah salah satu adab dalam thalabul Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,”Hendaklah penuntut ilmu bersabar ketika menuntut ilmu dan jangan sampai bosan. Karena jika manusia sudah tertimpa rasa bosan, maka dia akan merasa letih dan kemudian meninggalkannya. Akan tetapi, jika dia tetap istiqomah dalam belajar, maka sesungguhnya dia akan meraih pahala orang yang bersabar pada satu sisi, dan dia akan meraih hasilnya pada sisi yang lain.” [3]Salah satu sebab yang membantu kita untuk menuntut ilmu adalah tidak pernah mengenal rasa letih dan terus-menerus dalam menuntut ilmu. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,”Seorang penuntut ilmu seharusnya mengerahkan kesungguhannya demi meraih ilmu dan bersabar di atasnya. Kemudian menjaga ilmu itu setelah mendapatkannya. Karena ilmu itu tidaklah didapat dengan badan yang bersantai-santai saja. Seorang pelajar haruslah menempuh seluruh jalan menuju ilmu. Dan dia akan diberi pahala atas hal itu. Karena adanya hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam di dalam Shahih Muslim bahwa beliau bersabda,’Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.’” [4]Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba untuk menempuh jalan menuju mata air ilmu, jangan pernah merasa letih bosan. Bertahanlah!! Bersabarlah!! Karena di sana ada mata air ilmu yang mengalir jernih, yang menyejukkan hati bagi siapa saja yang mendatangi dan meminumnya. Sungguh kenikmatan yang hakiki. Namun sayangnya, sedikit sekali di antara kita yang Kampung Halaman untuk Menuntut IlmuMata air ilmu ini tidaklah kita dapati di sembarang tempat. Terkadang kita harus berjalan dari satu tempat ke tempat lain demi berburu ilmu. Meninggalkan kampung halaman menuju suatu negeri yang jauh demi mendapatkan ilmu. Perjalanan inilah yang merupakan salah satu sebab yang membantu kita untuk tetap bersemangat menuntut ilmu. Syaikh Muhammad bin Shalih bin Ishaq hafidzahullah berkata,”Di antara sebab yang membantu kita untuk tetap bersemangat menuntut ilmu adalah mengadakan perjalanan dari negerinya ke negeri yang lain dengan maksud untuk bertemu dengan para ulama Rabbani, mengambil ilmu langsung dari mereka, duduk dengan meraka dan mengambil faidah dari mereka. Terdapat dalil-dalil dari syariat yang mendorong dan memotivasi kita untuk mengadakan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu ini.” [5] Ini pula yang telah dicontohkan oleh para shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka tidak segan-segan untuk menempuh suatu perjalanan yang jauh demi bertanya tentang عُقْبَةَ بْنِ الحَارِثِ، أَنَّهُ تَزَوَّجَ ابْنَةً لِأَبِي إِهَابِ بْنِ عُزَيْزٍ فَأَتَتْهُ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ إِنِّي قَدْ أَرْضَعْتُ عُقْبَةَ وَالَّتِي تَزَوَّجَ، فَقَالَ لَهَا عُقْبَةُ مَا أَعْلَمُ أَنَّكِ أَرْضَعْتِنِي، وَلاَ أَخْبَرْتِنِي، فَرَكِبَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ وَقَدْ قِيلَ» فَفَارَقَهَا عُقْبَةُ، وَنَكَحَتْ زَوْجًا غَيْرَهُDari Uqbah bin Haarits radhiyallahu anhu, sesungguhnya beliau menikah dengan anak perempuan dari Abu Ihab bin Aziiz. Kemudian datanglah seorang wanita kepadanya seraya berkata,”Sesungguhnya aku telah menyusui Uqbah dan wanita yang dinikahinya!” Maka Uqbah berkata kepadanya,”Aku tidak tahu kalau Engkau menyusuiku dan Engkau pun tidak memberi tahu aku”. Uqbah kemudian pergi dari Makkah menemui Rasulullah di Madinah. Uqbah bertanya kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,”Bagaimana lagi, sudah dikatakan demikian”. Uqbah pun menceraikan istrinya, dan menikah dengan wanita yang lainnya. [6] Lihatlah semangat Uqbah bin Haarits radhiyallahu anhu untuk mengadakan perjalanan dalam rangka menanyakan suatu permasalahan bin Qais An-Nakha’i dan Aswad bin Yazid An-Nakha’i rahimahumallah –keduanya penduduk Irak- mendengar hadits dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu di Madinah. Mereka berdua tidak merasa puas sehingga mereka pergi ke Madinah dan mendengar hadits tersebut langsung dari Umar. [7] Para ulama salaf dulu pun rela menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan demi meraih ilmu. Mereka rela berjalan berpuluh-puluh kilometer, dari satu negeri ke negeri yang lainnya demi mencari satu hadits. Kesulitan, penderitaan dan berbagai rintangan yang mereka dapatkan tidaklah mereka rasakan karena adanya kenikmatan ilmu yang berhasil mereka raih. Sungguh indah hidup ini, jika diisi dengan semangat untuk belajar, mencari ilmu dan melakukan berbagai amal ketaatan. Itulah kebahagiaan yang mereka dapatkan, surga mereka di dunia ini. Dan jika kita benar-benar mengetahui nikmat yang dianugerahkan kepada mereka berupa ilmu dan amal shalih, niscaya kita akan berusaha merebutnya dengan mengerahkan seluruh kemampuan kampung halaman untuk menuntut ilmu merupakan salah satu perhiasan yang harus ada dalam diri seorang penuntut ilmu dalam kehidupan ilmiyyahnya. Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahullah berkata,”Barangsiapa yang tidak pernah pergi untuk menuntut ilmu, maka dia tidak akan didatangi untuk didatangi diambil ilmunya. Barangsiapa yang tidak pernah pergi dalam masa belajarnya untuk mencari guru serta menimba ilmu dari mereka, maka dia tidak akan didatangi untuk belajar darinya. Karena para ulama dahulu -yang telah melewati masa belajar dan mengajar- mempunyai banyak tulisan, karya ilmiyyah, dan pengalaman yang sulit ditemukan di dalam kitab.” [8][Bersambung]***Selesai disusun di pagi hari, Masjid Nasuha Rotterdam NL, 14 Jumadil Akhir 1436Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,Penulis M. Saifudin HakimCatatan kaki[1] Bisa dibaca kembali beberapa artikel berikut ini Silakan dibaca kembali artikel berikut Kitaabul Ilmi, hal 41.[4] Kitaabul Ilmi, hal 60.[5] Kaifa Tatahammasu li Thalabil Ilmi Syar’i, hal 220.[6] HR. Bukhari no. 88.[7] Syarh Alfiyyah, 2/226 karya Al-Hafidz Al-Iraqi rahimahullah. Dikutip dari Kaifa Tatahammasu li Thalabil Ilmi Syar’i, hal. 221.[8] Hilyah Thaalibil Ilmi.
Imamal-Ghazali memberi contoh tentang kejujuran seorang penuntut ilmu
Ilustrasi Puisi Menuntut Ilmu. Sumber Pexels/cottonbro studioIlustrasi Puisi Menuntut Ilmu. Sumber Pexels/Vlada KarpovichGelap terbentang malam yang sunyi, Namun di hatiku menyala api, Semangat belajar tiada pernah luntur, Ilmu menjadi cahaya yang menjelma jendela dunia, Halaman-halaman penuh khazanah berharga, Menuntut ilmu tak pernah usai, Pengetahuan menjadi bekal guru, penuntun terbaik, Menyuluh jalan menuju kesuksesan, Dengan sabar dan bijaksana, Membimbing kami menjadi insan seorang pembelajar sejati, Bukalah hati dan pikiran luas, Dalam setiap kata dan angka, Terletak harta yang tak buku-buku di sekelilingku, Di sana tersimpan harta berlimpah, Kisah-kisah hebat dan pengetahuan luas, Menyemangati perjalanan setiap halaman terselip rahasia, Ilmu yang mendalam menanti penjelajah, Kemauan yang teguh, semangat yang membara, Kucari ilmu, tak kenal ribuan langkah untuk meraihnya, Dengan upaya dan ketekunan yang tulus, Bukan sekadar gelar atau nilai tertinggi, Namun pengembangan diri dan pemahaman yang lelah melanda dan jiwa terkulai, Kuingat pesan sang guru, gemulai, Ilmu adalah obor yang menuntun langkah, Pengetahuan adalah kunci kebebasan puisi-puisi yang menakjubkan, Dalam irama kata-kata yang menggoda, Di dalamnya tersemat pesan-pesan penting, Menuntut ilmu, jadilah insan yang di antara baris-baris kata, Terjangkau oleh jiwa yang haus akan makna, Pelajarilah dunia, saksikan keajaiban, Menggapai mimpi, tak terhingga ilmu adalah perjalanan abadi, Tak hanya di ruang kelas atau sekolah, Namun di mana pun kita berada, Setiap detik adalah kesempatan untuk setiap hari yang cerah atau mendung, Kita terus bergerak, menjelajah ilmu, Menyadari bahwa pengetahuan tak berhenti, Menggelora dalam diri yang ingin adalah api yang membakar semangat, Mengantarkan kita menuju cakrawala yang luas, Belajarlah, jadilah penuntut ilmu sejati, Hingga terbit mentari kesuksesan yang abadi.
. 120 416 173 315 216 308 489 283

kisah seorang penuntut ilmu